sumber :
http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/index.php/hasil-penelitian-mainmenu-46/inovasi-teknologi
Alpukat memiliki perilaku pembungaan yang menarik. Perilaku pembungaan ini sering tidak diketahui oleh petani alpukat, padahal pengetahuan ini sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman alpukat. Banyak petani yang mengeluhkan rendahnya produksi, bahkan ada yang melaporkan pohon alpukat mereka yang sama sekali tidak berbuah meskipun bunga yang muncul sangat banyak. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman alpukat adalah perilaku pembungaannya.
Bunga alpukat merupakan bunga lengkap dan sempurna yang memiliki organ jantan dan betina dalam satu bunga. Organ jantan terdiri dari benang sari dan kepala sari serta serbuk sari yang terdapat dalam kepala sari. Organ betina terdiri dari stigma, tangkai stigma dan ovarium. Bunga alpukat tersusun dalam malai yang muncul di ujung ranting. Malai berbentuk payung menggarpu dan bercabang banyak. Alpukat mempunyai perilaku pembungaan yang disebut synchronous dichogamy. Bunga yang sama akan mekar 2 kali dalam waktu 2 hari, dengan fungsi yang berbeda pada masing-masing saat mekar. Pada saat bunga mekar pertama berfungsi sebagai bunga betina atau stigma reseptif untuk menerima serbuk sari, fase ini dapat berlangsung 2-4 jam. Setelah itu bunga mekar akan menguncup. Bunga yang sama akan mekar kembali pada hari kedua yang berfungsi sebagai bunga jantan. Pada saat mekar kedua, kepala sari akan melepaskan serbuk sari. Setelah mekar kedua, bunga akan kembali menguncup hingga menjadi putik atau bunga gugur.
Selain dari sifat synchronous dichogamy, bunga alpukat juga memiliki perilaku yang unik karena waktu berfungsinya bunga betina dan jantan yang berbeda antar varietas. Dikenal 2 tipe pembungaan pada alpukat, yaitu “tipe A” dan “tipe B”. Pada bunga tipe A, bunga mekar pertama (sebagai bunga betina) terjadi pada pagi hari dan mekar kedua (sebagai bunga jantan) terjadi sore hari pada hari berikutnya. Pada tipe B, bunga mekar pertama (sebagai bunga betina) terjadi pada sore hari dan mekar kedua (sebagai bunga jantan) terjadi pagi hari pada hari berikutnya.
Gambar 1. Ciri-ciri bunga mekar pada tanaman alpukat. a) Bunga mekar tahap pertama (sebagai bungan betina). b) Bunga mekar tahap kedua (sebagai bunga jantan)
Penyerbukan pada bunga dapat terjadi jika serbuk sari jatuh pada stigma (kepala putik). Karena sifat synchronous dichogamy dan tipe pembungaan (tipe A dan B) alpukat, maka pernyerbukan cenderung terjadi pada stigma dengan serbuk sari dari bunga yang berbeda. Penyerbukan dibantu oleh angin dan serangga. Adanya ratusan bunga pada waktu yang sama akan meningkatkan terjadinya penyerbukan. Namun fruit set (bunga menjadi buah) alpukat sangat rendah yaitu berkisar 0-1%, jika hanya mengandalkan serbuk sari dari pohon yang sama. Untuk meningkatkan fruit set pada tanaman alpukat, dianjurkan untuk menanam campuran varietas dengan tipe pembungaan yang berbeda (tipe A dan B) dalam satu kebun, memperbanyak populasi serangga polinator atau dengan bantuan penyerbukan sehingga dapat meningkatkan fruit set hingga 27.2%.
Gambar 2. Perilaku synchronous dichogamy dan tipe pembungaan alpukat. 1) Kuncup bunga. 2) Bunga mekar tahap pertama (betina), 3) Bunga menguncup setelah mekar tahap pertama, 4) Bunga mekar tahap kedua jantan), 5) Bunga menguncup setelah mekar tahap kedua
Untuk mengetahui tipe pembungaan pada alpukat dapat diketahui dengan mengamati perilaku pembungaannya, terutama pada saat mekar. Terdapat perbedaan bentuk mekar bunga pada tahap pertama dan tahap kedua. Bunga mekar tahap pertama dicirikan dengan tangkai sari yang menjauh dari sitgma atau mendekati mahkota. Bunga mekar tahap kedua dicirikan dengan tangkai sari yang mendekati stigma terutama tiga buah tangkai sari bagian dalam. Pada tahap ini kepala sari membuka kotak sari dan melepaskan serbuk sari.
Saat ini varietas-varietas unggul alpukat telah banyak ditanam dengan skala luas. Varietas-varietas tersebut sebagian besar telah terdaftar di Kementerian Pertanian yaitu sejumlah 24 varietas ; Ijo Panjang, Ijo Bundar, YM Lebak, Mega Murapi, Mega Gagauan, Mega Paninggahan, Feurtindo, Tongar, Ledapuan Sikka, Pesako, Gayo, Siginjai, Sindangreret, Mentera, Kendil, Raja Giri, Si Jago, Rengganis, Wina Bandungan, Idola, Cipedak, Moncok Mentaram, Soga dan Pameling. Walaupun sudah banyak varietas unggul yang didaftarkan dan telah banyak ditanam dalam skala luas, namun produksi alpukat di Indonesia masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemilihan varietas yang kurang tepat dan tanpa memperhitungkan tipe pembungaanya.
Sumber: Farihul Ihsan dan Panca Jarot Santoso
Editor: Tim Website
Page 1 of 166
Tidak ada komentar:
Posting Komentar