sumber :https://8villages.com/full/petani/article/id/5a3ce912b4cf55bb30d13a13
Alpukat memang salah satu buah favorit masyarakat di Indonesia, rasanya yang nikmat dan teksturnya yang lembut menjadikan alpukat bahan favorit di berbagai menu makanan dan minuman.
Namun, banyak orang yang mengeluh karena daging buahnya yang sedikit dan bijinya yang besar.
Sekarang hal ini bisa ditepis, sebab kini telah hadir buah alpukat dengan rasa yang sama nikmatnya namun tak berbiji. Otomatis, daging buahnya lebih banyak.
Permintaan akan buah ini juga semakin menanjak dari hari ke hari. Itu sebabnya peluang pasarnya juga semakin besar.
Sebenarnya tanaman alpukat tanpa biji (Persea americana) memiliki ciri-ciri fisik yang sama dengan alpukat berbiji, batang berwarna cokelat dengan daun lonjong berwarna hijau di permukaan atasnya dan kuning kecokelatan di permukaan bawahnya. Bentuk buahnya pun sama dengan alpukat berbiji.
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi).
Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Untuk alpukat jenis Persea americana bisa dikembangbiakkan dengan teknik sambung pucuk atau okulasi.
Untuk pohon indukan, baiknya menggunakan tanaman yang disemai dari biji supaya lebih kuat. Tanaman induk siap untuk disambung saat batang sudah setinggi 10 cm atau berumur sekitar empat bulan.
Tanaman yang bibitnya berasal dari perbanyakan okulasi dapat tumbuh optimal di dataran tinggi 200-1000 mdpl atau tempat beriklim sejuk dengan suhu 20-250C.
Cukup ditanam di tanah humus atau tanah yang sudah dicamur dengan kompos, pohon dapat berbuah di usia tanam 3-5 tahun.
Tanaman alpukat tanpa biji lebih efektif ditanam di tanah yang remah, bersifat lempung berpasir dan banyak mengandung unsur hara.
Selain itu lahan tanam harus memiliki kemampuan membuang air yang baik supaya tidak terjadi genangan di sekitar tanaman.
Untuk lubang tanam, bisa dibuat dengan ukuran 75 x 75 x 75 cm dan dibiarkan terbuka dengan paparan sinar matahari selama kurang lebih 2 minggu setelah digali. Hal ini bertujuan untuk mematikan bakteri-bakteri yang ada dalam media tanam tersebut.
Setelah itu setengah dari lubang diisi campuran tanah dan kompos. Barulah bibit diletakkan pada media tanam. Untuk bibit baru membutuhkan air yang cukup sehingga perlu dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari, saat musim hujan tidak perlu disiram.
Untuk pemupukan, tanaman umur 1-4 tahun diberi urea 0,27-1,1 kg, TSP 0,5-1 kg dan KCI 0,2-0,83 kg per pohonnya.
Untuk tanaman usia 5 tahun diberi urea 2,22-3,55 kg, TSP 3,2 kg, dan KCI 4 kg setiap pohonnya.
Pemupukan sebaiknya dilakukan satu kali dalam satu tahun. Caranya dengan membuat lubang lubang sedalam 30-40 cm melingkari tanaman sebagai tempat pupuk.
Tanaman akan mulai berbuah 6-7 bulan setelah berbunga dan akan terus berbuah setiap bulannya.
Namun jika akan ditanam di dalam pot sebaiknya menggunakan pot berdiameter lebih dari 60 cm dengan media tanam tanah humus.
Jangan lupa untuk menyiram tanaman 2 kali sehari dan diberi pupuk satu bulan sekali dengan pupuk NPK daun.
Menurut Ahmad Syafii, seorang pembudidaya alpukat tanpa biji asal Kota Batu, Jawa Timur, tanaman ini fleksibel dan tahan banting. “Alpukat tanpa biji bisa tumbuh di cuaca panas, dingin juga bisa,” ungkap Ahmad. Namun, cuaca memengaruhi cepat atau lamanya pohon berbuah.
Ahmad mengatakan perawatan tanaman ini mudah. Penyiraman dilakukan setiap hari di pagi dan sore hari. Pemberian pupuk cukup dilakukan satu hingga dua minggu sekali.
Penanaman di dalam pot akan membuat tanaman ini lebih aman dari hama rumput dan mudah dipindahkan untuk mendapat cahaya matahari yang cukup.
Ketika masa awal okulasi, musuh terbesarnya adalah hujan yang sering turun. “Hujan membuat bibit banyak yang busuk dan susah untuk menempel dengan batang.
Namun, jika okulasi berhasil dan sudah menjadi bibit indukan yang baik, justru air hujan menjadi sahabat tanaman ini untuk tumbuh subur”.
Cara melakukan okulasi
- Kulit pokok pohon alpukat disayat dengan pisau tajam sepanjang 10 cm
- Kulit kayu pohon alpukat ditarik ke bawah hingga menjuntai seperti lidah
- Selanjutnya, kulit kayu dipotong hingga tersisa 5 cm
- Mata tunas pohon alpukat disayat beserta sedikit kayu dari cabang mata tunas
- Lepas kayu tersebut pelan-pelan tanpa merusak mata tunas
- Kulit bermata tunas dimasukkan diantara kayu dan kulit batang kemudian ditutup kembali seperti semula
- Balut dengan plastik pita atau serabut kelapa dan usahakan agar mata tunas tidak tertutup
Referensi:
bibitbuahku.com
infotanamanbuah.com
pertanianku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar